Waddedaily.com | Sejak puluhan tahun lalu, wilayah Kabupaten Serang dikenal sebagai salah satu surganya industri di provinsi Banten. Berbagai jenis industri baik berskala kecil maupun besar tumbuh subur di wilayah ini, sehingga tidak heran menjadikannya sebagai tulang punggung perekonomian daerah.
Namun belakangan ini, roda pertumbuhan itu berputar dengan sedikit tersendat. Bukan karena ancaman PHK massal atau goyahnya ekonomi global, melainkan karena gangguan yang muncul dari sebuah komunitas di sekeliling kawasan yakni Organisasi Masyarakat (ormas) dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Seperti angin yang datang dari arah tak terduga, gangguan dari sekelompok ormas dan LSM ini telah membuat para pengusaha dan pekerja di kawasan industri ini merasa cemas sekaligus was-was.
Tekanan dari Tuntutan Tak Masuk Akal
Tiga perusahaan besar yang secara terang-terangan menyatakan keluhannya terhadap keberadaan dua entitas non-pemerintah ini adalah PT. Nikomas Gemilang, PT. Indah Kiat Pulp & Paper, dan PT. Modern Industrial Estate Cikande.
Di mata mereka, gerakan ormas dan LSM ini bak gelombang yang muncul di tengah arus tenang, menghantam pelan namun pasti.
Hal ini lantaran keduanya kerap melayangkan berbagai tuntutan yang sering kali sulit dipahami, bahkan oleh mereka yang terlibat langsung dalam industri. Salah satunya seperti Humas PT. Nikomas Gemilang, Danang Widi Pangestu.
Ditemui pada Jumat (26/07/24) lalu. Danang menceritakan dengan gamblang situasi yang tengah dihadapi. Menurutnya tuntutan itu mencakup berbagai aspek. Mulai dari sumbangan dana, kuota tenaga kerja, hingga penanganan limbah industri.
“Kelompok-kelompok ini sering datang dengan tuntutan yang tidak masuk akal dan berlebihan,” ujar Danang.
Menurut Danang, jika tuntutan itu tidak diberikan, unjuk rasa menjadi senjata andalan. Akibatnya, aktivitas produksi dan distribusi perusahaan menjadi terganggu lantaran aksi yang digelar tidak jarang dilakukan dengan cara memblokir pintu masuk menuju pabrik.
“Mereka kerap memblokir pintu masuk pabrik, yang tentunya menghambat aktivitas produksi dan distribusi kami,” tambahnya.

Tidak berbeda jauh dengan Danang Widi Pengestu Humas PT. Nikomas Gemilang. Arif Mahdali, Humas PT. Indah Kiat Pulp & Paper, juga mengalami tekanan serupa.
Di dalam ruang kerjanya, Arif menceritakan bahwa kehadiran ormas dan LSM di tempat perusahaanya bekerja diketahui tidak hanya berasal dari lingkup lokal, tetapi juga melibatkan kelompok-kelompok dari luar daerah, seperti Jakarta.
Seperti dalam cerita klasik, kedatangan mereka sering kali disertai dengan klaim delegasi pejabat atau tokoh masyarakat. Sebuah strategi agar perusahaan yakin jika gerakanya mewakili kepentingan publik yang lebih besar.
“Oknum-oknum LSM ini bukan hanya yang lokal, tapi dari Jakarta juga turun ke sini. Biasanya mengatasnamakan tim sukses A, tim sukses B, dan dalam seminggu bisa sampai 2 atau 3 oknum yang datang”, Ujar Arif.
Menurutnya sebagai perusahaan produsen kertas terkemuka, di Indonesia, PT. Indah Kiat Pulp & Paper tidak hanya menghadapi tantangan sekadar gangguan operasional namun turut berdampak pada aspek finansial.
Ketika aksi-aksi protes dan tuntutan yang tidak realistis terjadi secara terus-menerus, efek dominonya terjadi pada pasar saham. Karena setiap lonjakan atau penurunan nilai saham menjadi refleksi dari ketidakpercayaan yang mengakar di kalangan investor.
“Kalau sudah demo produksi kita terganggu tidak bisa keluar masuk karena memblokir pintu gerbang. Dan dampak paling parah adalah terkait pasar saham karena menurunkan kepercayaan investor”. Tegas Arif.

Eksodus Perusahaan dan Kekhawatiran yang Meningkat
Cerita tidak berhenti di situ. Humas PT. Modern Industrial Estate Cikande, Lusia Widyastuti, juga turut menyuarakan kekesalannya terhadap ormas dan LSM yang terus menerus mengganggu stabilitas kawasan selama beberapa waktu terakhir.
Menurutnya akibat dari peristiwa ini, tidak sedikit perusahaan di kawasan ini merasa terganggu. Bahkan beberapa perusahaan diantaranya memilih hengkang lebih dulu ke beberapa daerah yang dianggap lebih aman dari gangguan.
“Ormas ini ketika ada sesuatu yang dipermasalahkan sangat mengganggu perekonomian. Kami tidak bisa menyebutkan secara mendetail perusahaan mana yang sudah hengkang. Tapi yang pasti sudah ada.” Tegas Lusi.
Ironisnya, kondisi ini tampaknya tidak dipahami oleh sebagian dari mereka yang terlibat dalam aksi-aksi. Alih-alih membawa perubahan positif, tindakan mereka justru menghancurkan landasan yang selama ini menopang kawasan.
“Ketika perusahaan-perusahaan yang ada di dalam kawasan merasa tidak nyaman ujung-ujungnya mungkin bisa keluar. Itu yang seharusnya kita pikirkan bersama-sama. Apakah ormas itu harus seperti itu?” Ucap Lusi.
Menanti Solusi di Tengah Ketidakpastian
Kabar kurang sedap dari kawasan ini tampaknya telah sampai ke telinga Bupati Serang, Ratu Tatu Chasanah. Di hadapan awak media, orang nomor satu di Kabupaten Serang ini pun mengakui bahwa jika aksi ormas dan LSM dibiarkan, dampaknya akan sangat luas.
Ia menyadari bahwa ketidakstabilan yang terus berlangsung di kawasan industri dapat mengakibatkan eksodus lebih lanjut dari perusahaan-perusahaan yang ada, yang pada akhirnya merugikan masyarakat dan perekonomian daerah.
“Kalau kita, Kabupaten Serang tidak bisa menjaga kondisi situasi kondusif, ini akan sangat-sangat membahayakan karena informasi ini akan sampai keluar sampai kepada investor yang akan masuk saat ini,” katanya, Jumat (2/8/2024) lalu.
Untuk itu politisi Partai Golkar ini pun mengajak seluruh pengurus ormas dan LSM untuk duduk bersama, membuka dialog dan mencari solusi bersama guna mengantisipasi ancaman yang dapat merugikan semua pihak.
“Jadi saya sangat memohon baik yang tergabung Ormas atau apapun, duduk bersama dengan Pemkab Serang, kita fasilitasi apa yang perlu disampaikan. Jadi tidak bertindak secara sepihak apalagi secara anarki. Karena ini akan merugikan kita, masyarakat Kabupaten Serang,” tegas Tatu.

Di lain sisi, Yusa Qorni Aktivis Gerakan Reformasi Masyarakat Banten (Geram), sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak dibidang sosial dan advokasi yang cukup eksis di kawasan ini turut angkat suara menyikapi kabar tidak sedap yang tengah menyerang komunitasnya.
Menurutnya, meskipun banyak ormas dan LSM yang kerap kali dianggap memiliki itikad kurang baik, tidak bisa diabaikan bahwa juga masih banyak yang memiliki niat baik dan tujuan mulia.
Namun sayangnya, kelompok-kelompok ini sering kali tidak mendapat sorotan, sehingga kontribusi positif mereka kurang terlihat di mata publik.
“Tak semua ormas dan LSM beritikad buruk, banyak di antara kami yang berjuang dengan niat baik. Tapi cuma memang tidak terpublish secara masif.” Tegas Yusa.
Yusa Qorni menambahkan bahwa generalisasi terhadap semua ormas dan LSM sebagai sumber masalah khususnya di daerah kawasan industri dinilainya sebagai tindakan yang tidak adil.
Ia menekankan pentingnya membedakan antara mereka yang benar-benar berjuang untuk kepentingan masyarakat dengan cara yang konstruktif, dan mereka yang hanya memanfaatkan situasi demi keuntungan pribadi.
“Untuk HRD sebaiknya tunjuk hidung saja oknum ormas atau LSM mana yang dimaksud. Agar tidak menimbulkan kegaduhan baru”, tutup Yusa.