Selasa, 1 Juli 2025 | 19:32:25
Waddedaily.com
Advertisement
ADVERTISEMENT
  • Home
  • Nasional
  • Politik
  • Daerah
    • Serang
    • Cilegon
    • Lebak
    • Pandeglang
    • Tangerang Raya
  • Pariwisata
  • Sosial Budaya
  • Ekonomi
  • Lifestyle
  • Olahraga
  • Kuliner
No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Politik
  • Daerah
    • Serang
    • Cilegon
    • Lebak
    • Pandeglang
    • Tangerang Raya
  • Pariwisata
  • Sosial Budaya
  • Ekonomi
  • Lifestyle
  • Olahraga
  • Kuliner
No Result
View All Result
Waddedaily.com
No Result
View All Result

Membeli Suara, Menjual Janji: Fenomena Politik Uang di Era Modern

admin by admin
6 Oktober 2024
in Politik, Reportase
Membeli Suara, Menjual Janji: Fenomena Politik Uang di Era Modern
Bagikan ke :

Waddedaily.com | Di tengah hingar-bingar kampanye pemilihan umum, baik di tingkat lokal maupun nasional, ada satu fenomena yang terus menjadi bayang-bayang kelam demokrasi kita yaitu politik uang. Meski semua pihak mengutuknya dan mengklaim ingin memberantasnya, politik uang tetap hadir sebagai rahasia umum yang menggerogoti nilai-nilai demokrasi. Amplop berisi uang tunai, sembako, atau janji-janji proyek pembangunan, menjadi alat politik yang dipergunakan secara licik untuk membeli suara rakyat. Fenomena ini seakan menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap pemilu, melemahkan kualitas demokrasi dan menggerus kepercayaan publik.

Politik uang bukanlah praktik baru. Sejak zaman dahulu, uang selalu memiliki kuasa untuk mempengaruhi kehendak manusia, termasuk dalam politik. Di negara-negara yang masih bergulat dengan masalah ekonomi dan ketimpangan sosial, politik uang menjadi semakin merajalela. Bagi mereka yang berada di bawah garis kemiskinan atau yang penghasilannya tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari, tawaran uang tunai dari seorang calon pemimpin mungkin tampak seperti solusi instan, sebuah hadiah yang menggiurkan. Tanpa banyak berpikir, suara mereka bisa dibeli—meski mungkin hanya dengan nominal yang tidak seberapa dibandingkan harga masa depan mereka.

Baca Juga

Sidang Lanjutan Gugatan SK Karang Taruna, Dugaan Maladministrasi Menguat

Setelah Naik Tajam di 2024, Partisipasi Pemilih Serang Kembali Merosot di PSU 2025

Zakiyah-Najib Menang Telak di PSU, KPU Serang Minta Warga Sabar Tunggu Rekapitulasi

Amplop Amplop yang Menghantui Demokrasi

Dalam setiap pemilu, khususnya di daerah-daerah yang jauh dari pusat perhatian media, politik uang menjadi sesuatu yang sangat kentara. Di malam menjelang pemungutan suara, biasanya terjadi ‘serangan fajar’—istilah populer yang menggambarkan pembagian amplop berisi uang oleh tim sukses atau pendukung calon tertentu. Mereka menyasar rumah-rumah warga dengan menawarkan sejumlah uang sebagai imbalan agar warga memberikan suara kepada calon yang mereka dukung. Terkadang bukan hanya uang, tetapi juga sembako, pakaian, atau bahkan janji-janji proyek pembangunan yang ditawarkan.

Kenapa Politik Uang Terjadi?

Ada beberapa faktor yang menyebabkan praktik politik uang sulit untuk diberantas. Salah satunya adalah lemahnya penegakan hukum. Meski ada undang-undang yang melarang praktik ini, implementasinya sering kali kurang tegas. Bahkan, ketika ada kasus politik uang yang diungkap, hukuman yang diberikan kepada pelakunya sering tidak sebanding dengan kerusakan yang ditimbulkan pada sistem demokrasi. Mereka yang terlibat dalam politik uang kerap kali hanya mendapat hukuman ringan, atau bahkan lolos begitu saja.

Selain itu, ada persepsi di masyarakat bahwa politik uang adalah “bagian dari permainan.” Dalam banyak kasus, masyarakat tidak merasa politik uang adalah sesuatu yang salah. Mereka melihatnya sebagai kesempatan untuk mendapatkan manfaat instan dari sebuah proses yang dianggap jauh dari kehidupan sehari-hari mereka. Bagi sebagian besar pemilih, politik adalah sesuatu yang abstrak, dan janji-janji para politisi sering kali dianggap omong kosong belaka. Maka, ketika datang tawaran uang atau barang, mereka cenderung menerima tanpa memikirkan konsekuensinya di masa depan.

Lebih jauh, politik uang juga didorong oleh ketidakpercayaan terhadap sistem politik dan para politisi. Banyak pemilih merasa bahwa suara mereka tidak akan membawa perubahan yang signifikan, sehingga mereka memilih untuk mengambil apa yang bisa didapat saat ini. Ini adalah cerminan dari hilangnya harapan pada demokrasi yang bersih dan efektif. Ketika rakyat tidak lagi percaya bahwa pemilihan umum bisa menghasilkan pemimpin yang benar-benar memperjuangkan kepentingan mereka, maka politik uang menjadi satu-satunya cara bagi mereka untuk “mendapatkan sesuatu” dari proses pemilu.

Dampak Jangka Panjang

Namun, dampak dari politik uang sangat merusak, baik bagi demokrasi maupun bagi rakyat itu sendiri. Pada tingkat paling dasar, politik uang menghancurkan prinsip-prinsip pemilu yang jujur dan adil. Pemimpin yang terpilih bukanlah pemimpin yang dipilih berdasarkan kualitas, kompetensi, atau integritas, melainkan mereka yang memiliki sumber daya finansial untuk “membeli” suara. Ini berarti bahwa kebijakan-kebijakan yang akan diambil setelah mereka terpilih kemungkinan besar tidak didasarkan pada kepentingan rakyat, melainkan pada kepentingan pribadi atau kelompok yang mendanai kampanye mereka.

Bagi masyarakat, politik uang juga menciptakan siklus ketergantungan. Ketika suara bisa dibeli, harapan akan pemimpin yang berintegritas semakin jauh dari jangkauan. Pemilih tidak lagi memandang penting visi, misi, atau program kerja para kandidat. Alih-alih, mereka hanya fokus pada apa yang bisa diberikan secara langsung dalam jangka pendek. Akibatnya, politik uang menciptakan siklus kemiskinan politik, di mana masyarakat tidak pernah benar-benar mendapat manfaat dari proses politik, tetapi terus-menerus terjebak dalam lingkaran setan kemiskinan, ketidakpedulian, dan ketidakpercayaan pada demokrasi.

Upaya Pemberantasan dan Tantangan ke Depan

Untuk mengatasi politik uang, dibutuhkan komitmen yang kuat dari semua pihak. Pendidikan politik harus ditingkatkan, agar masyarakat dapat memahami pentingnya memilih berdasarkan kualitas dan program kerja, bukan atas dasar iming-iming uang atau barang. Di sisi lain, penegakan hukum harus lebih tegas, dengan memberikan sanksi yang berat kepada pelaku politik uang, baik yang memberikan maupun yang menerima. Pengawasan pemilu juga harus diperkuat, baik oleh lembaga resmi seperti Bawaslu maupun oleh masyarakat sipil.

Namun, semua upaya ini tidak akan berhasil jika masalah mendasar, yaitu kemiskinan dan ketidakadilan sosial, tidak diatasi. Selama masih ada masyarakat yang hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit, selama masih ada ketimpangan yang tajam, politik uang akan terus menjadi godaan yang sulit ditolak. Maka, pemberantasan politik uang harus menjadi bagian dari upaya yang lebih luas untuk menciptakan keadilan sosial dan kesejahteraan bagi semua warga negara.

Menanti Demokrasi yang Bersih

Politik uang adalah momok yang harus dihadapi jika kita ingin demokrasi yang benar-benar sehat dan berfungsi sebagaimana mestinya. Rahasia umum ini tidak boleh lagi ditoleransi. Kita harus menyadari bahwa demokrasi yang dibangun di atas dasar uang bukanlah demokrasi yang sejati, melainkan hanya kedok dari kekuasaan segelintir orang yang memiliki kekayaan.

Masa depan demokrasi ada di tangan kita. Jika politik uang terus dibiarkan, maka masa depan itu akan suram, dengan pemimpin yang tidak kompeten, kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat, dan demokrasi yang semakin rapuh. Namun, jika kita mulai dari sekarang untuk menolak politik uang dan mendidik masyarakat agar lebih kritis dalam memilih, maka kita bisa berharap pada demokrasi yang lebih bersih, lebih jujur, dan lebih adil di masa depan.

Oleh : Wadde Wb

Tags: Pilkada 2024PolitikPolitik uang
Advertisement

Post Terkait

Sidang Lanjutan Gugatan SK Karang Taruna, Dugaan Maladministrasi Menguat
Politik

Sidang Lanjutan Gugatan SK Karang Taruna, Dugaan Maladministrasi Menguat

17 Juni 2025
Setelah Naik Tajam di 2024, Partisipasi Pemilih Serang Kembali Merosot di PSU 2025
Politik

Setelah Naik Tajam di 2024, Partisipasi Pemilih Serang Kembali Merosot di PSU 2025

22 April 2025
Zakiyah-Najib Menang Telak di PSU, KPU Serang Minta Warga Sabar Tunggu Rekapitulasi
Politik

Zakiyah-Najib Menang Telak di PSU, KPU Serang Minta Warga Sabar Tunggu Rekapitulasi

21 April 2025
PSU Kabupaten Serang Digelar, Suara Warung Kopi Lebih Lantang dari TPS
Politik

PSU Kabupaten Serang Digelar, Suara Warung Kopi Lebih Lantang dari TPS

19 April 2025
Oknum Anggota DPRD Banten dari Fraksi Golkar Ditangkap Buntut Kasus Penipuan Ratusan Juta
Politik

Oknum Anggota DPRD Banten dari Fraksi Golkar Ditangkap Buntut Kasus Penipuan Ratusan Juta

15 April 2025
KPU Kabupaten Serang Klaim Logistik PSU Capai 80 Persen dan Siap di Distribusikan
Politik

KPU Kabupaten Serang Klaim Logistik PSU Capai 80 Persen dan Siap di Distribusikan

8 April 2025
Leave Comment

Berita Populer

  • Antara Tradisi dan Modernitas: Ceramah KH. Syaiful Karim dalam Perspektif Tasawuf

    Antara Tradisi dan Modernitas: Ceramah KH. Syaiful Karim dalam Perspektif Tasawuf

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Potret Seorang Menteri dan Peci yang Tak Pernah Tertinggal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ratu Rachmatu Zakiah: Keturunan Ulama Besar, Siap Pimpin Kabupaten Serang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perusahaan vs Ormas dan LSM, Guncang Stabilitas Perekonomian di Kawasan Industri Serang Timur

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • SK Khaeroni Sebagai Ketua DKM Ats Tsauroh Tuai Protes Peserta Seleksi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

Follow Akun Sosial Media Kami

Informasi

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber

© 2024 WaddeDaily - All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Politik
  • Daerah
    • Serang
    • Cilegon
    • Lebak
    • Pandeglang
    • Tangerang Raya
  • Pariwisata
  • Sosial Budaya
  • Ekonomi
  • Lifestyle
  • Olahraga
  • Kuliner

© 2024 WaddeDaily - All Rights Reserved.