Rabu, 21 Mei 2025 | 11:27:45
Waddedaily.com
Advertisement
ADVERTISEMENT
  • Home
  • Nasional
  • Politik
  • Daerah
    • Serang
    • Cilegon
    • Lebak
    • Pandeglang
    • Tangerang Raya
  • Pariwisata
  • Sosial Budaya
  • Ekonomi
  • Lifestyle
  • Olahraga
  • Kuliner
No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Politik
  • Daerah
    • Serang
    • Cilegon
    • Lebak
    • Pandeglang
    • Tangerang Raya
  • Pariwisata
  • Sosial Budaya
  • Ekonomi
  • Lifestyle
  • Olahraga
  • Kuliner
No Result
View All Result
Waddedaily.com
No Result
View All Result

Manifestasi Harapan: Suara Masyarakat Desa Mekarsari dalam Perjuangannya Melawan Tambang dan Penguasa Daerah

admin by admin
4 Mei 2024
in Lebak, Reportase
Manifestasi Harapan: Suara Masyarakat Desa Mekarsari dalam Perjuangannya Melawan Tambang dan Penguasa Daerah

Spanduk Bernada Penolakan dari Warga Desa Mekarsari terkait Aktivitas Galian

Bagikan ke :

Desa Mekarsari, Kecamatan Rangkasbitung, Lebak Banten. Dahulu, dikenal sebagai salah satu desa dengan perwujudan keindahan alamnya yang memikat, hamparan persawahan yang subur dan kehijauan pepohonan yang melambai, memberikan kesan yang begitu asri dan damai.

Namun sayang, kesan asri yang menjadi ciri khas Desa ini kini telah sirna, terkubur oleh kehadiran tangan-tangan serakah yang hanya memikirkan keuntungan pribadi. Mereka dengan rakusnya mengeksploitasi alam, mengubah seluruh area yang dulunya subur dan rindang menjadi lautan tambang yang gersang dan tandus.

Baca Juga

Indahnya Berbagi, Pemuda Pasir Limus Rangkasbitung Santuni 200 Anak Yatim

IMALA Geram! Laporan Tambang Ilegal Mengendap, Polres Lebak Didesak Segera Bertindak

Komisi IV DPRD Banten Tinjau Galian Tanah Ilegal di Mekarsari, Rekomendasikan Penutupan Permanen

Desa Mekarsari kini terasa seperti mengalir di sungai kesedihan yang tak berujung. Suasana yang dulu penuh dengan kehidupan dan kehangatan kini telah tergantikan oleh gemuruh mesin-mesin berat dan deru truk-truk pengangkut, menggantikan nyanyian burung-burung dan angin sepoi-sepoi yang biasa menyapa.

Penduduk Desa Mekarsari, yang dulunya hidup dalam keharmonisan dengan alam, kini terpaksa bergelut dengan pilihan-pilihan sulit. Banyak di antara mereka yang terpaksa meninggalkan mata pencaharian tradisional mereka sebagai petani, dan beralih menjadi buruh tambang demi mencari nafkah yang semakin sulit di tengah ketidakpastian.

Sejumlah Kendaraan Besar Terlihat Antre Menunggu Giliran Muatan | Dok. Waddedaily.com

Dampak Kelam Tambang di Desa Mekarsari

Terletak di jalur strategis antara Kabupaten Serang dan Kabupaten Tangerang, desa ini menjadi sasaran empuk bagi para pemodal yang rakus akan keuntungan. Mereka datang dengan segala ambisinya, mengukir jejak tambang di setiap sudut tanah Desa Mekarsari.

Dahulu, desa ini dikenal dengan pesona alamnya yang memesona, namun kini, keindahan itu telah berganti dengan pemandangan yang penuh dengan kerusakan dan kehancuran. Jalanan yang dulunya dilalui oleh petani dan pedagang kini menjadi saksi bisu dari deru truk-truk besar yang mengangkut material tambang.

Tatkala hujan turun, hampir dapat dipastikan seluruh jalanan yang ada di desa ini berubah layaknya sebuah perlintasan ternak sapi dan kerbau karena di penuhi oleh kubangan air bercampur lumpur. Sehingga tidak heran, banyak dari para pengguna jalan yang terjatuh akibat jalanan yang licin.

Masyarakat Desa Mekarsari merasa terpukul dan terjepit di antara kepentingan ekonomi dan keberlangsungan lingkungan. Mereka sangat merindukan masa-masa damai dan sejahtera seperti dahulu pernah mereka rasakan. Di mana mereka hidup berdampingan dengan alam yang indah.

Aksi Protes Sejumlah Warga yang Resah Akan Aktivitas Galian Tanah Merah di Kp. Papanggo Desa Mekarsari | Dok. Waddedaily.com

Memperjuangkan Keadilan di Tengah Keterbatasan

Kondisi sumberdaya manusia yang rendah seakan memperparah keadaan karena suara sumbang yang selama ini berseliweran di kalangan mereka hanya terbatas di tingkat obrolan warung kopi dan tidak pernah sampai ke telinga para penguasa.

Mereka terjebak dalam lingkaran ketidaktahuan akan hukum dan aturan mengenai isu pertambangan, sehingga membuat mereka tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk melawan kekuatan besar yang mewakili kepentingan ekonomi dari pengusaha tambang.

Pemerintah daerah, yang seharusnya menjadi wakil sekaligus pembela kepentingan rakyat, tampaknya lebih memilih untuk menutup mata atas kerugian yang dialami oleh masyarakat Desa Mekarsari. Mereka terlihat lebih memihak pada kepentingan para pemilik modal daripada memperhatikan kerusakan lingkungan dan dampak sosial yang ditimbulkan oleh aktivitas tambang yang merusak tersebut.

Suara Perlawanan dalam Keheningan Teror
Ditengah kebutaan masyarakat akan hukum dan aturan yang menyelimuti isi kepala setiap masyarakat, muncul seorang aktivitas muda dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Lebak yang merasa terpanggil atas persoalan ini. Dialah Muntadir namanya.

Dengan latar belakang pendidikan dan pemahamannya yang kuat tentang hukum dan hak asasi manusia. Aktivis muda ini dengan lantang menyuarakan hak-hak masyarakat yang selama ini dirampas oleh kepentingan kaum pemodal serakah.

Berdasarkan hasil kajiannya, sejumlah perusahaan tambang yang selama ini mengekploitasi kampung halamannya, selain dinilai sebagai satu satunya penyebab kerusakan alam. Perusahaan tersebut pun dipastikan tidak mengantongi ijin resmi.

Muntadir pun lantas melaporkan sejumlah temuannya kepada aparat penegak hukum dalam hal ini Satreskrim Polres Lebak atas dugaan pelanggaran lingkungan dan hak asasi manusia pada tanggal 2 Januari 2024 lalu.

“Dalam UU Minerba Nomor 3 Tahun 2020 Pasal 58, ancaman hukumannya adalah 5 tahun penjara dan denda Rp 100 miliar!” ucap Muntadir dengan nada yang berapi-api, memancarkan keberaniannya untuk menegakkan keadilan di kelahiranya yang kini tengah terluka.

Namun, ironisnya, apa yang seharusnya menjadi langkah awal untuk menegakkan keadilan dan melindungi hak-hak masyarakat Desa Mekarsari justru berujung pada serangkaian intimidasi dan teror dari pihak-pihak yang merasa terusik dengan gerakannya.

Pesan-pesan bernada ancaman terus mengalir seiring berjalannya waktu dari sudut yang tidak terduga. Bahkan sejumlah komunitas yang mendukung perjuangannya pun tidak luput aksi teror. Sehingga membuat setiap langkahnya seperti berjalan di atas bara api.

Di tengah badai teror yang menerpa, semangat perlawanan Muntadir dan rekan-rekannya tidak pernah padam. Mereka memilih untuk tetap berdiri teguh, menghadapi rintangan dan ketakutan dengan keberanian yang sama.

“kami akan tetap buktikan bahwa hukum di Lebak itu masih ada. Dan tidak ada satupun yang kebal hukum, termasuk aparat penegak hukum sekalipun” ucap Muntadir menyiratkan kegelisahan dan harapan untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap institusi hukum setempat.

Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Muntadir (kanan) saat menghadiri kegiatan di Gedung DPRD Lebak | Dok. Istimewa

Orang Nomor Dua di Polda Banten Menjadi Harapan
Keberadaan galian tanah Merah yang diduga tidak berijin di Desa Mekarsari ini tidak hanya menggema di dunia nyata, tetapi juga meluas di jagad maya. Suara-suara dari masyarakat daring pun ikut bersorak, menggambarkan kekhawatiran dan keprihatinan akan kondisi lingkungan yang semakin tergerus oleh aktivitas tambang ilegal ini. Bahkan, dampaknya sampai ke telinga para aparat penegak hukum, termasuk Wakapolda Banten, Brigjen M. Syabilul Alif, yang tak bisa mengabaikan sorotan yang semakin ramai.

Dalam sebuah postingan pada akun Instagram pribadinya pada awal tahun 2024 tepat pada 02 Januari lalu, Jenderal Bintang Satu ini merespon dengan kalimat yang sederhana namun sarat makna, “Saya atensi ini,” sebuah janji yang menimbulkan harapan di tengah kegelisahan masyarakat.

Namun, dua bulan telah berlalu sejak postingan itu muncul, tidak ada satupun tanda-tanda bahwa aktivitas galian tanah Merah ini akan dihentikan. Bahkan, eskalasi dari aktivitas tambang ilegal ini justru semakin meningkat dari hari ke hari, seolah menjadi bayangan yang semakin menakutkan bagi masyarakat Desa Mekarsari.

Ketidakpastian dan kekhawatiran masyarakat semakin bertambah seiring berlalunya waktu tanpa adanya tindakan yang nyata dari pihak berwenang. Mereka menyaksikan dengan penuh kekhawatiran bagaimana lingkungan mereka semakin terkikis dan kehidupan mereka semakin terganggu oleh deru mesin-mesin tambang yang tidak henti-hentinya beroperasi, bagaikan nyanyian kematian yang menghantui.

Masyarakat pun mulai merasa putus asa dan frustasi dengan lambannya respons dari pihak berwenang. Ketidakpastian yang menggelayuti mereka seperti kabut tebal yang tak kunjung reda. Dalam kegelapan ini, mereka merintih dan berharap agar ada sinar harapan yang menerangi jalan keluar dari permasalahan yang semakin meruncing ini.

Tags: IlegalLebak bantenPolda bantenTambang
Advertisement

Post Terkait

Indahnya Berbagi, Pemuda Pasir Limus Rangkasbitung Santuni 200 Anak Yatim
Lebak

Indahnya Berbagi, Pemuda Pasir Limus Rangkasbitung Santuni 200 Anak Yatim

27 Maret 2025
IMALA Geram! Laporan Tambang Ilegal Mengendap, Polres Lebak Didesak Segera Bertindak
Lebak

IMALA Geram! Laporan Tambang Ilegal Mengendap, Polres Lebak Didesak Segera Bertindak

17 Februari 2025
Komisi IV DPRD Banten Tinjau Galian Tanah Ilegal di Mekarsari, Rekomendasikan Penutupan Permanen
Lebak

Komisi IV DPRD Banten Tinjau Galian Tanah Ilegal di Mekarsari, Rekomendasikan Penutupan Permanen

5 Februari 2025
Oknum PNS di Lebak Diduga Minta Uang ke Pengusaha Galian Tanah Ilegal untuk Amankan Warga
Lebak

Oknum PNS di Lebak Diduga Minta Uang ke Pengusaha Galian Tanah Ilegal untuk Amankan Warga

26 Januari 2025
Tambang Ilegal di Mekarsari: Warga Terus Melawan, DPRD Banten Siap Turun ke Lapangan
Lebak

Tambang Ilegal di Mekarsari: Warga Terus Melawan, DPRD Banten Siap Turun ke Lapangan

23 Januari 2025
Ketidakadilan di Mekarsari: Jeritan Desa yang Terkepung Hukum
Lebak

Ketidakadilan di Mekarsari: Jeritan Desa yang Terkepung Hukum

16 Januari 2025
Leave Comment

Berita Populer

  • Antara Tradisi dan Modernitas: Ceramah KH. Syaiful Karim dalam Perspektif Tasawuf

    Antara Tradisi dan Modernitas: Ceramah KH. Syaiful Karim dalam Perspektif Tasawuf

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ratu Rachmatu Zakiah: Keturunan Ulama Besar, Siap Pimpin Kabupaten Serang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perusahaan vs Ormas dan LSM, Guncang Stabilitas Perekonomian di Kawasan Industri Serang Timur

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • SK Khaeroni Sebagai Ketua DKM Ats Tsauroh Tuai Protes Peserta Seleksi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Anyaman Bambu Tegal Maja: Warisan Nenek Moyang yang Berkilau di Pangkuan Modernitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

Follow Akun Sosial Media Kami

Informasi

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber

© 2024 WaddeDaily - All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Politik
  • Daerah
    • Serang
    • Cilegon
    • Lebak
    • Pandeglang
    • Tangerang Raya
  • Pariwisata
  • Sosial Budaya
  • Ekonomi
  • Lifestyle
  • Olahraga
  • Kuliner

© 2024 WaddeDaily - All Rights Reserved.